Tepat satu bulan sekolah dipindahkan ke rumah masing-masing, atau bisa kita sebut home learning. Banyak sekali plus dan minus yang terjadi di lapangan, ada yang mengeluhkan, ada juga yang memberikan apresiasi atau bahkan dapat mengambil hikmah dari hal ini.
Memang, ketika awal pemerintah mengumumkan edaran atas home learning, para siswa senang dan bahagia. Karena dalam benaknya, ini adalah libur dadakan. Akan tetapi setelah satu pekan berjalan, banyak siswa yang mulai merasakan bosan, karena mereka tidak bisa merasakan kebebasan. Bagaimana bisa bebas? Mau keluar rumah nggak boleh, karena lock down. Mau main game, nggak boleh karena banyak tugas dari bapak ibu guru. Seakan ruang geraknya dibatasi.
Tak berhenti sampai di situ, ketika dua pekan berjalan. Tak disangka pemerintah memberikan pengumumman atas perpanjangan liburan. Yang awalnya hanya dua pekan menjadi dua bulan. Luar biasa bukan, hal ini akan menjadi sejarah bagi para siswa zaman now. Akhirnya seluruh kegiatan sekolah langsung di batalkan, seperti UN (Ujian Nasional), wisuda, dan kegiatan lainnya. Banyak hal yang sudah d rencanakan, seakan hanya menjadi ekspektasi tanpa realita.
Banyak siswa-siswa TK dan SD mengeluh dengan dialihkannya pembelajaran di rumah. "Enak belajar di sekolah, banyak temannya, gurunya sabar dan lain-lain", ucap salah satu siswa.
Teringat dengan kejadian-kejadian baru-baru ini, banyak wali siswa yang protes dengan perlakuan guru terhadap anak-anaknya. Hanya dicubit sedikit saja, mau dilaporkan polisi, atas kasus kekerasan. Guru yang ingin menanamkan pendidikan karakter, akhlaq dan adab, dengan memperhatikan potongan rambut, tak sedikit wali yang protes atas hak berpenampilan. Wali siswa yang banyak menuntut guru akan anaknya yang harus pintar ini dan itu. Dan masih banyak sekali kasus-kasus yang terjadi, membuat hati ini teriris dan sedih.
Sekarang, ketika anak dikembalikan ke wali masing-masing, semua pembelajaran diserahkan kepada orang tua. keluhan demi keluahan berdatangan. Namun para bapak ibu guru menerima keluhan-keluhan tersebut dengan senyuman.
Mungkin ini adalah salah satu hikmah dari munculnya pandemi CoviD-19. Harapannya, setelah adanya kejadian ini, kita semua belajar. Bagaimana seorang guru sudah semaksimal mungkin dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam mendidik dan mencerdaskan anak-anak. Oleh karenanya, pasrahkan semua pada mereka. Dengan dukungan-dukungan dari para wali siswa, insyaallah anak akan berkembang dan akan menjadi sesuai harapan kita bersama. Orang tua bangga dengan anaknya dan para guru juga bangga dalam keberhasilan mereka dalam mendidik.
Penulis
An Nu'man
Diberdayakan oleh Muhammad Rafif Al Hakim
Komentar
Posting Komentar